Membangun Bangsa lebih penting daripada Membangun Negara

Siang tadi aku menghadiri pertemuan antara Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Ir. H.M. Lukman Edy, M. Si di Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi. Dalam rombongan Menteri PDT hadir Caleg PKB Propinsi Riau Dapil Inhu - Kuansing Albert Susanto, SP dan M. Dunir, S.Ag. Acara yang digagas oleh Caleg PKB Cerenti, Musliadi, S.Ag ini tentu saja menarik minat masyarakat karena selain dapat berjumpa dengan satu-satunya menteri asal Riau ini, juga dipenuhi harapan-harapan terkabulnya sejumlah proposal. Aku (Indra Hasbi, SE, Ak) datang bersama Bapak Drs.M. Tasurrun Nadzirin, salah seorang tokoh pendidikan masyarakat Talang sekaligus anggota BPD Desa Talang Pring Jaya Kecamatan Rakit Kulim. Selain kami, terlihat juga caleg DAPIL III Inhu dari Peranap MAIJONDRI bersama Ketua Dewan Syuro PKB Peranap, Bapak MAWARDI H.Y.

Setelah seremonial yang biasa diadakan dalam setiap acara kunjungan pejabat dilanjutkan acara inti yakni dialog antara Menteri PDT dengan masyarakat. Isi dialog sebagaimana biasa kunjungan pejabat di mana Menteri PDT sebagai pejabat memaparkan programnya dan masyarakat menyampaikan harapan-harapannya.

Hakikat Membangun Bangsa
Dalam dialog-dialog yang diadakan ada beberapa hal yang menarik perhatian yakni penegasan Menteri PDT agar masyarakat menjaga kebun karetnya dengan mengambil tamsil dari penyesalan masyarakat yang menebang cengkeh ketika harga cengkeh melemah. Aku yang pernah tinggal di Natuna pada saat KKU dulu, sangat menyadari kebenaran ucapan sang menteri tersebut karena banyak sekali masyarakat yang menyesali pembabatan batang cengkehnya yang saat itu diprakarsai oleh Tommy Soeharto dengan harga ganti rugi yang sangat murah. Namun karena harga karet yang saat ini rendah, masyarakat kemudian mengusulkan agar Menteri PDT bersedia membantu mereka dalam budidaya karamba untuk kehidupan mereka sekarang sementara replanting kebun untuk ekonomi masa depan.

Berbagai proposal yang diajukan masyarakat pada umumnya dilatarbelakangi kehidupan mereka yang sangat terbelakang. Namun, pada akhirnya proposal tersebut sering kali mengecewakan, karena para pejabat dan politisi kemudian cenderung mengabulkan proposal untuk suatu kegiatan seremonial baik kegiatan di bidang olah raga maupun kesenian, karena dengan mengabulkan satu kegiatan mereka dapat mengeluarkan uang yang lebih sedikit sementara efeknya lebih besar. Sedikit lebih maju, ada pejabat/politisi yang tidak begitu tertarik dengan kegiatan-kegiatan populis seperti itu, namun pada kegiatan pembangunan yang akibatnya bisa permanen dan dinikmati banyak orang yakni pembangunan infrastruktur. Namun lagi-lagi kita dapat melihat, bahwa pembangunan infrastruktur seperti itu juga akhirnya sia-sia, karena para politisi kemudian memperjuangkan kuantitas daripada kualitas. Pada akhirnya pembangunan tersebut juga sia-sia, karena pemanfaatan dari infrastruktur tersebut juga tidak lama.

Hanya satu dari 100 proyek infrastruktur yang betul-betul berarti. Namun, manfaat dari infrastruktur yang terbangun bagi masyarakat tempatan juga kadang-kadang kurang. Banyak jembatan dibangun, tapi kendaraan yang melintasinya bukan kendaraan masyarakat lokal. Banyak pasar megah dibangun, tetapi masyarakat yang menghibahkan tanahnya untuk pembangunan pasar tersebut, justeru tidak punya uang untuk berbelanja di pasar yang baru terbangun. Lalu bagaimanakah arah kebijakan pembangunan yang benar?

Pembangunan yang berarti adalah pembangunan masyarakat. Membangun masyarakat berarti membangun wawasan dan keterampilannya melalui pendidikan dan pelatihan. Membangun perekonomiannya melalui bantuan permodalan, pemasaran, peningkatan teknologi produksi. Jika ekonomi masyarakat terangkat, berbagai turnamen dan pembangunan infrastruktur bisa mereka bangun/selenggarakan baik secara langsung melalui swadaya mereka maupun secara tidak langsung dari kontribusi pajak yang mereka bayarkan. Namun, pembangunan masyarakat mungkin pilihan yang terakhir bagi pejabat/politisi, karena progress dari pembangunan masyarakat atau bangsa tidak dapat terlihat secara kasat mata terutama pada masa bantuan diberikan, progress dari bantuan ini hanya dapat terlihat pada masa depan. Tapi membangun masa depan bangsa, justru sebenarnya jauh lebih penting. Daripada membangun jembatan, lebih penting lagi membangun mereka-mereka yang akan melintasi jembatan.

Komentar

Anonim mengatakan…
Cuma bangsa dan negara ini kedua-duanya harus dibangun karena sudah sama-sama rusak

Salam kenal dulu lah

ditunggu dukungan dan kunjungannya

terimakasih
Anonim mengatakan…
salam kenal juga. terima kasih.

Top Searching

Postingan Populer