Syatariah

Syatariah adalah salah dari empat tharikat terbesar yang ada di dunia Islam. Tarekat ini menghasilkan tokoh besar penyair Hamzah Fansuri di masa lampau ini yang terkenal dengan syair Perahunya, satu syair yang legendaris dan bahkan diminati oleh kaum Peranakan Cina hingga ke abad ke 19 dan melahirkan penyair legendaris almarhum Ibrahim Sattah, seorang polisi yang bersama-sama dengan Sutarji Calzoum Bahri menggebrak dunia kepenyairan Indonesia. Tarekat ini di Sumatera dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin dari Ulakan Pariaman, yang sampai saat sekarang pengikutnya masih lestari dengan gelar Tuangku dan rutin mengadakan empat tradisi rutin yakni Basafa, Rukiyah Ramadhan, Rukiyah Idul Fitri dan Maulud Syarafal Anam. Para pengikutnya berhasil mempertahankan kuburan sang syekh ketika terjadi pergolakan antara kaum muda dan kaum tua di Sumatera Barat yang kemudian dikenal dengan Perang Paderi. Sebenarnya tidak ada keharusan untuk berfanatik kepada satu tariqat tertentu. Syekh Muhammad Nafis bin Idris bin Husein Al Banjarie,Pelampaian Martapura seorang keturunan Syekh Muhammad Arsyad al Banjari (pengarang kitab Parukunan Malayu yang menjadi pegangan fiqih surau-surau di Indragiri) yang telah menuliskan kitab yang setara dengan kitab AMAL MA'RIFAT karya Syekh ABdurrahman Shiddiq al Banjarie, Sapat Tembilahan (mufti kerajaan Indragiri) yakni kitab ADDURRUN NAFIS (Permata yang Indah). Di dalam kitabnya, Syek Muhammad Nafis menuliskan profilnya sebagai berikut:
Banjarmasin tempat lahirnya, Mekkah tempat tinggalnya, Syafi'ie mazhabnya, Asy'arie iktikadnya, Junaidi ikutannya, Qodiriyah Thoriqatnya, Syathoriyah pakaiannya, Naqsabandiah amalannya, Khalwatiyah makanannya, Samaniyah minumannya


Dari kutipan di atas, nampak bahwa Syekh Muhammad Nafis menjadi murid dari empat thariqat yakni Qodiriyah, Syathoriyah, Naqsabandiyah, Khalwatiyah dan Samaniyah.

Mengikuti tareqat seakan-akan merupakan kesunatan bagi kaum muslimin dari kalangan Aswaja, terutama mereka yang mendekati liang lahat. Namun demikian, terutama di perkotaan saat ini, tidak sedikit anak-anak muda, terutama dari kalangan terpelajar mengisi kekosongan jiwa, apalagi menghadapi kondisi dunia yang seakan-akan semakin gila.

Beberapa saat lalu, seorang teman menawarkan untuk mengikuti jemaah Syatariah. Namun kesan bahwa Syatariah sebagai thariqat yang rumit dalam kajiannya. Banyak yang mengatakan bahwa dari banyak thariqat yang ada, Syatariahlah yang pengajiannya sangat mendalam. Sebagai daerah yang sangat dekat dengan Sumatera Barat yang sampai saat ini masih memiliki banyak ulama-ulama Syatariah seperti Kadi Nagari Ulakan Ali Imran Tuanku Bagindo, Tuanku Kuniang Ismael Koto Mambang, Tuanku Mudo Bahar Pauah Kambar, Tuanku H. Anwar Padang Magek Batusangkar dan Khatib Ibrahim Rajo Mangkuto, dan sebagai daerah penyebaran Silat Pangean, silat yang konon dikait-kaitkan dengan tokoh penyebar Syatariah, Syekh Burhanuddin, sangat wajar kalau pengaruh tareqat ini sampai ke Peranap. Namun, kesibukan yang akhir-akhir ini melanda menyebabkan aku pikir-pikir dahulu. Namun demikian, aku akui, tawaran itu sangat menarik.

Komentar

Anonim mengatakan…
terima kasih atas penjelasannya, mudah-mudahan suatu saat nanti jika Allah swt berkenan saya dapat mempelajari sekaligus mengamalkan tarekat ini. btw, diawal artikel tertulis "salah tarekat", barangkali maksudnya "salah satu tarekat" ya?
Anonim mengatakan…
benar, salah satu
Anonim mengatakan…
bisa nggak info kiat posting tentang ajaran-ajaran sufi atau renungan-renungan sufi? pasti asyik dan banyak koment tuh..
ditunggu ya. ilmu mesti dibagi dong, jangan mansur eh makan surang he he

Top Searching

Postingan Populer