BBM Turun Awal Desember 2008, Kelangkaan Sudah Mulai Sekarang

Turunnya harga minyak dunia secara drastis hingga mencapai lebih kurang 50%, yakni dari $130 per barel menjadi $65 - $70 per barel merupakan alasan yang wajar kalau masyarakat juga menuntut penurunan harga minyak dalam negeri. Demonstrasi penuntutan penurunan BBM terjadi di mana-mana, misalnya saja, di Makassar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Makassar (UNM) mengadakan unjuk rasa di depan kampusnya Jalan AP Pettarani Makassar Rabu lalu. Kelangkaan BBM
Kebijakan subsidi yang dilakukan pemerintah dengan menurunkan harga minyak secara tertulis pada dasarnya hanya akal-akalan saja. Sejarah membuktikan, SBY - JK secara prinsip tidak menaikkan subsidi tersebut, namun hanya mengurangi stock BBM. Akibatnya, saat harga diumumkan turun, stock BBM di pasaran juga turun. Alhasil, harga eceran menjadi naik, bahkan beberapa kali lipat sebelum harga itu diturunkan. Celakanya lagi, kebijakan stock BBM tersebut, telah dilakukan jauh sebelum harga BBM itu resmi diturunkan. Contohnya saja sekarang, beberapa hari ini, warga kesulitan menemukan BBM di SPBU resmi, alhasil pengecer minyak yang biasanya hanya melayani pembeli kagetan, terkejut. Dan karena stock mereka juga terbatas, hukum ekonomi berlaku, sehingga secara otomatis harga eceren menjadi sangat tinggi.

Mari cerdaskan konsumen akhir
Penipuan politis semacam kebijakan subsidi BBM ini seharusnya sudah berakhir. Manipulasi para politikus untuk sekedar mencari dukungan sesaat untuk mengejar ambisinya harus dihentikan. Para politisi, dan para mahasiswa yang notabenenya intelektual, seharusnya memberikan informasi realistis kepada masyarakat apa sebenarnya yang dimaksud (terbungkus) dengan kebijakan-kebijakan kamuflase tersebut.

Harga BBM dan kemakmuran
Penurunan harga BBM di satu sisi tidak serta merta diikuti dengan penurunan harga komoditas. Dalam kenyataannya, harga bahan dasar kebutuhan masyarakat tetap sebagaimana sebelum BBM diturunkan. Demikian juga tarif angkutan. Oleh karenanya, tidak dapat kita mengatakan bahwa dengan penurunan BBM tingkat kemakmuran masyarakat akan terkoreksi.

Penikmat BBM
Siapakah sebenarnya penikmat BBM? Apakah rakyat jelata? Siapakah yang memiliki kendaraan?

Dalam setiap tuntutan penurunan BBM, yang dijadikan kambing hitam adalah masyarakat jelata. Padahal mereka bukanlah pemilik kendaraan. Bahkan mereka pun juga jarang menaiki kendaraan umum dan lebih memilih berjalan kaki kecuali dalam keadaan sangat mendesak. Oleh karenanya, tidak pantas kalau dikatakan penikmat BBM itu masyarakat kelas bawah. Yang benar, adalah kalangan menengah ke atas. Jadi, penyebutan nama masyarakat sebagai korban kemahalan BBM adalah sebuah pencatutan yang tidak sepatutnya.

Terlalu banyak membakar uang
Indonesia sebenarnya terlalu banyak membakar uang. Orang menggunakan BBM secara boros karena harga BBM yang bahkan masih belum berselisih jauh dengan harga minuman kaleng padahal ketersediaan bahan bakunya dan keruwetan prosesnya berselisih jauh.
Padahal, akibat pembakaran uang secara sia-sia tersebut, Indonesia mengalami kekurangan jalur lalu lintas yang sangat tinggi dan kendaraaan juga menjadi pembunuh yang paling produktif.

Komentar

Top Searching

Postingan Populer