Bunuh Diri
Timbul suatu pertanyaan di dalam hatiku, karena bunuh diri akhir-akhir ini seakan-akan menjadi trends, kenapa ada saja orang yang mengambil langkah itu. Padahal, orang-orang Melayu yang dilatarbelakangi Islam yang kental dan sikap hidup realis-rasional, kenapa begitu nekat mengambil jalan yang dibenci agamanya dan sangat tidak rasional tersebut.
Orang Islam yang sangat percaya bahwa ada kehidupan sesudah mati, dan bahwa bunuh diri merupakan kesalahan tidak terampuni berusaha sekuat-kuatnya sepahit apa pun hidup yang dijalaninya harus dihadapi hingga akhirnya hukum alam yang diciptakan Allah SWT yang bekerja. Oleh karenanya, mayoritas sangat tidak toleran terhadap orang yang bunuh diri tersebut. Bahkan ada kampung di daerahku yang tidak bisa menerima lalu orang yang bunuh diri. Mereka bahkan menolak menyalatinya karena menurut anggapan mereka mati bunuh diri adalah mati sesat.
Menurut mereka, cobaan hidup seberat apapun memang sudah merupakan takdir kita sebagai manusia untuk menghadapinya. Karena mengatasi cobaan hidup adalah jihad. Lagipula cobaan yang dihadapi seseorang pada prinsipnya seimbang dengan kemampuannya karena telah dijamin oleh Allah bahwa tidak akan dicoba seseorang melainkan sesuai dengan takaran kesanggupannya. Dan di sebalik cobaan ada kenikmatan. Seseorang yang berhasil melewati cobaan, akan naik tingkat, sama seperti seorang yang sekolah berhasil melewati ujian, otomatis setelah ujian ia akan naik kelas.
Hidup sebenarnya indah. Tetapi bagi kita yang menyadarinya. Kita mati-matian mempertahankan hidup. Bahkan, kalau tidak bisa dengan jalan yang legal, jalan yang ilegal pun kadang-kadang kita tempuh. Sekedar agar bisa bertahan hidup.
Namun kadang-kadang kalau kita menyelami hidup orang-orang yang kehilangan akal, mereka telah sampai pada puncak irasional. Segala sesuatu di dunia ini, menurut mereka sangat tidak menyenangkan. Badai demi badai yang dialami, seakan-akan tidak mampu diterjang. Permasalahan yang kecil menurut orang lain, terasa sangat berat bagi mereka. Dunia begitu kelam dan tidak bersahabat. Tidak ada yang perduli kepada mereka. Jika pun ada yang mengajak bicara, kata-kata yang keluar tidak lebih hanyalah menyalahkan, meremehkan, menghina dan yang senadanya yang bersifat memojokkan.
Marilah peristiwa demi peristiwa ini kita jadikan pelajaran. Amatilah tetangga, teman dan saudara kita. Jangan biarkan mereka merasa hidup di dunia ini sendirian.
Komentar