Kenapa aku tidak menangis?
Hari Jumat 2 April 2010, aku masih di depan komputer mengerjakan tugas anak-anak SMU. Jam 5.00 sore, sepupuku Indah dan Yuni mengantarkan anakku Azzam. Azzam menangis. Aku berencana membawanya ke klinik Adinda, tempat nenekku dirawat. Tetapi, kulihat klinik sepi. Aku curiga. Apa nenek dipindahkan ke RS atau ke tempat lain. AKu tengok kamar nenek. Ternyata di dalam sudah penuh.Paman, bibi, bang Dulah dan saudara-saudara sepupuku. Mereka menangis.
Azzam saat itu belum berhenti menangis, dan mereka suruh bawa keluar. Aku pun mencari istriku dan menyerahkan Azzam. Kemudian masuk kembali ke kamar. Tidak berapa lama kemudian napas nenek pun berhenti. Dan tangis ibu,bibi, paman, saudara pun menjadi.
Nenekku Hj. Imbun binti Bakri, resmi meninggalkan 8 orang anaknya, 2 laki-laki dan 6 perempuan, meninggalkan 35 cucu dan 13 cicitnya dalam usia 80 tahun.
Namun, aku tidak ikut-ikutan menangis. Aku bertanya-tanya, apakah aku ini tergolong cucu durhaka?
Azzam saat itu belum berhenti menangis, dan mereka suruh bawa keluar. Aku pun mencari istriku dan menyerahkan Azzam. Kemudian masuk kembali ke kamar. Tidak berapa lama kemudian napas nenek pun berhenti. Dan tangis ibu,bibi, paman, saudara pun menjadi.
Nenekku Hj. Imbun binti Bakri, resmi meninggalkan 8 orang anaknya, 2 laki-laki dan 6 perempuan, meninggalkan 35 cucu dan 13 cicitnya dalam usia 80 tahun.
Namun, aku tidak ikut-ikutan menangis. Aku bertanya-tanya, apakah aku ini tergolong cucu durhaka?
Komentar